Wisata Alam Bukit Bangkirai yang Mempesona

KutaiKartanegara.com
Jika anda ingin berwisata di akhir pekan, kawasan wisata alam Bukit Bangkirai yang terletak di Kecamatan Samboja mungkin dapat dijadikan pilihan liburan bersama keluarga, relasi atau kekasih. Di kawasan Bukit Bangkirai ini, wisatawan dapat menikmati suasana hutan hujan tropis yang masih alami dan bahkan kicauan burung dan suara-suara satwa hutan lainnya pun masih dapat didengarkan.

Tak hanya itu, para wisatawan yang memiliki masalah berada di ketinggian mungkin dapat mencoba tantangan untuk meniti canopy bridge atau jembatan tajuk yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Tentunya ada perasaan ngeri namun mengasyikkan bila menyusuri jembatan gantung di ketinggian 30 meter dari muka tanah sementara desiran angin yang sejuk cukup membuat bulu kuduk merinding, apalagi jembatan semakin berayun-ayun di saat kita baru mencapai separo jalan.

Tapi bagi yang jiwanya tidak memiliki masalah terhadap ketinggian, berjalan menyusuri canopy bridge sungguh menyenangkan. Dari atas canopy bridge, wisatawan dapat dengan leluasa melihat panorama hutan hujan tropis (tropical rain forest) Bukit Bangkirai serta mengamati dari dekat formasi tajuk tegakan “Dipteropcarpaceae” yang menjadi ciri khas hutan hujan tropis, yang membentuk stratum atas yang saling sambung menyambung.

Panjang keseluruhan canopy bridge yang ada di Bukit Bangkirai adalah sepanjang 64 meter yang menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Untuk mencapai canopy bridge, terdapat dua menara dari kayu ulin yang didirikan mengelilingi batang pohon Bangkirai.

“Canopy bridge yang ada di Bukit Bangkirai ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat, dan dari segi keamanan juga cukup terjamin.” kata Ir Ruspian Noor, salah seorang petugas dari PT Inhutani I.

Sebagai kawasan wisata alam, berbagai sarana dan prasarana telah dipersiapkan bagi para wisatawan yang datang seperti restoran dengan menu yang cukup bervariasi, lamin untuk pertemuan yang mampu menampung 100 orang, serta penginapan berupa cottage dengan fasilitas AC maupun jugle cabin, yakni cottage yang tidak dilengkapi fasilitas listrik sehingga wisatawan yang menginap disitu dapat merasakan suasana hutan yang sebenarnya.

Kawasan Bukit Bangkirai yang luasnya mencapai 1.500 hektare ini merupakan kawasan hutan konservasi yang mempunyai peran penting untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika basah yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan lingkungan dan kehutanan.

Kawasan hutan wisata ini bertujuan untuk mengembangkan potensi wisata alam dan penelitian ilmiah serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan dan hutan. Pada tanggal 14 Maret 1998, 510 hektare dari kawasan ini diresmikan sebagai kawasan wisata oleh Djamalludin Suryohadikusumo, Menteri Kehutanan RI pada Kabinet Pembangunan VI sebagai upaya pengembangan potensi wisata alam dan ilmiah serta untuk meningkatkan kecintaan terhadap lingkungan terutama pada flora dan fauna.

Kawasan wisata alam ini diberi nama Bukit Bangkirai karena dominannya pohon jenis Bangkirai yang tumbuh di kawasan hutan lindung ini. Pohon Bangkirai pun kemudian dijadikan maskot utama obyek wisata yang telah mendunia ini. Di kawasan ini banyak terdapat pohon Bangkirai yang berumur lebih dari 150 tahun dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 m, dengan diameter 2,3 m. Pertumbuhan banir (akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon ini memiliki nilai keindahan tersendiri.

Bukit Bangkirai terletak sekitar 150 km dari kota Tenggarong atau Samarinda dan hanya sekitar 58 km dari arah kota Balikpapan serta 20 km dari ibukota Kecamatan Samboja. Untuk mencapai kawasan wisata alam ini, wisatawan dapat menempuhnya melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.

Secara geografis, kawasan Bukit Bangkirai termasuk dataran rendah (primary lowland) “Dipterocarp forest” yang stabil, sehingga kawasan ini dijadikan tempat invasi burung dari wilayah Kawasan Hutan Taman Wisata Bukit Soeharto (sekitar 30 km) maupun wilayah sekitarnya yang terkena pengaruh kebakaran hutan. Dari pengamatan yang telah dilakukan, terdapat 113 jenis burung yang hidup di kawasan Bukit Bangkirai ini.

Jenis-jenis fauna yang ada di kawasan Bukit Bangkirai adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah ditangkarkan.

Kawasan Bukit Bangkirai juga kaya akan anggrek alam yang tumbuh secara alami di pepohonan yang masih hidup maupun yang sudah mati. Sedikitnya ada 45 jenis anggrek yang dapat dijumpai di kawasan ini, diantaranya adalah Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) yang sangat terkenal dan menjadi salah satu maskot Kalimantan Timur. Selain pembudidayaan anggrek-anggrek alam, juga dilakukan pengembangan anggrek silangan seperti Anggrek Kala, Anggrek Apple Blossom dan Anggrek Vanda. Selain kebun anggrek, kawasan wisata alam ini juga dilengkapi dengan kebun buah-buahan seluas 4 hektare.

Untuk menjaga keutuhan dan kelestarian pohon bangkirai di kawasan ini, pihak pengelola Bukit Bangkirai menawarkan program Adopsi Pohon kepada para sponsor atau donatur untuk menjadi “orangtua asuh” bagi pohon-pohon bangkirai yang dikehendaki. Saat ini pengadopsian pohon tersebut banyak dilakukan oleh pihak VIVO JICA Japan. Anda tertarik untuk mengadopsi sebuah pohon? Datanglah ke Bukit Bangkirai, berekreasi sambil melestarikan alam. (win)

Dipublikasi di Pariwisata | Meninggalkan komentar

Pengaruh perubahan iklim terhadap penurunan dan persebaran populasi pesut di Sungai Mahakam

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Iklim sangat mempengaruhi dari persebaran flora dan fauna di suatu negara, perubahan iklim akan mempengaruhi keberadaan flora dan fauna baik dari segi jumlah maupun persebaran yang semakin berkurang. Iklim sendiri adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah dalam kurun waktu yang relatif lama. Sedangkan wilayah  Indonesia, memiliki iklim tropis yang sangat dikenali melalui tumbuhan yang sangat besar dan selalu hijau sepanjang tahun.

            Perubahan Iklim sendiri berpengaruh terhadap flora dan fauna di daerah Indonesia. Akibatnya ada jenis-jenis flora dan fauna tertentu yang dapat hidup dengan jenis iklim tertentu. Faktor-faktor pembentuk iklim diantaranya: temperatur udara, angin dan curah hujan secara bersama-sama mempengaruhi persebaran flora dan fauna.

Dalam pernyataannya menyambut Hari Keanekaragaman Hayati Dunia yang diperingati setiap tanggal 22 Mei 2007, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Ir. Rachmat Witoelar mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, perubahan iklim juga telah dirasakan berdampak pada pertanian, ketahanan pangan, kesehatan manusia, dan pemukiman manusia, lingkungan, termasuk sumber daya air dan keanekaragaman hayati. Akibat nyata dampak perubahan iklim terhadap spesies sebagai komponen keanekaragaman hayati adalah berupa perubahan dalam kisaran penyebaran, meningkatnya tingkat kelangkaan, perubahan waktu reproduksi, dan perubahan dalam lamanya suatu musim tanam. Dan ini didukung oleh Laporan IPCC (International Panel on Climate Chiange) pada April 2007 tentang dampak, kerentanan, dan adaptasi pada perubahan iklim mengemukakan bahwa kurang lebih 20-30% tumbuhan dan hewan diperkirakan akan meningkat risiko kepunahannya jika kenaikan temperatur global rata-rata di atas 1,5 – 2,5 derajat celsius.

            Wilayah Indonesia yang masuk pada kelompok iklim  hutan hujan tropis salah satunya pulau Kalimatan yang memiliki banyak keanekaragaman hayati yang secara endemik mendiami pulau Kalimantan dan sangat dipengaruhi oleh iklim. Oleh karenanya banyak spesies makhluk hidup yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, maka dikhawatirkan spesies yang ada akan terganggu dan mengalami kepunahan. Walaupun saat ini dari pihak Departemen Kehutanan telah memberikan status langka pada spesies yang terancam punah ternyata tak mampu memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidupnya.

            Salah satu satwa yang ada yaitu Pesut (Orcaella brevirostris) dianggap sebagai satwa yang paling terancam punah. IUCN (2002) telah memberikan status Critically Endangared  (kritis terancam punah) pada jenis ini, sementara CITES telah menempatkannya pada Appendix 1 yang bearti jenis ini tidak diperkenankan untuk diperdagangkan. Pemerintah Republik Indonesia sendiri telah memberikan pengakuan atas kelangkaan dan ancaman kepunahan terhadap jenis ini dengan menetapkannya sebagai jenis satwa liar yang nyata terhadap pelestarian pesut yang habitatnya di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Disamping itu berbagai permasalahan yang menjadi ancaman bagi pesut seperti pendangkalan danau-danau Mahakam, pencemaran air, lalu-lintas air yang ramai, penurunan jumlah makanan dan penggunaan jaring (rengge).

Keberadaan pesut yang dari tahun 1975 memiliki 1000 ekor populasi dan sampai saat ini diperkirakan jumlah pesut tinggal 50 ekor di Sungai Mahakam. Pesut yang jumlahnya semakin sedikit diperkirakan ada hubungannya dengan perubahan iklim yang dapat mengganggu habitat pesut tersebut. Dan saat ini Pesut telah   dilindungi undang-undang melalui Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan tumbuhan dan satwa liar.

            Sebagai satwa liar yang dinyatakan terancam punah, pemberian status kelangkaan pada pesut seperti tersebut diatas ternyata belum memberikan dampak positip kepada keberadaan pesut supaya tetap lestari dan terjaga.

Dengan melihat latar belakang tersebut diatas, maka peneliti memberikan judul penelitian sebagai berikut “ Pengaruh perubahan iklim terhadap penurunan dan persebaran  populasi pesut di Sungai Mahakam” Baca lebih lanjut

Dipublikasi di KARYA TULIS SISWA | Tag | Meninggalkan komentar

Gunung Api Raksasa di Bawah Laut Sulawesi

Gunung SemeruVIVAnews – Ekspedisi bersama Indonesia-Amerika Serikat di lautan dalam di perairan Sangihe, Sulawesi Utara, berhasil memetakan sebuah gunung bawah laut. Penelitian dengan sonar multicahaya kapal penelitian Okeanos milik NOAA ini menemukan gunung ini memiliki ketinggian sampai 10 ribu kaki atau lebih dari 3.000 meter.

Kamera yang dikendalikan dari jarak jauh oleh kapal tersebut mengambil gambar dengan definisi tinggi (high definition) di kawasan Kawio Barat yang mengacu pada wilayah perairan barat Kepulauan Kawio, Kabupaten Sangihe.

Para ilmuwan memilih Kawio Barat sebagai target pertama untuk ekspedisi ini berdasarkan informasi dan data satelit yang dikumpulkan oleh sebuah tim gabungan Indonesia-Australia pada 2004.

Unsur-unsur bawah laut yang berlimpah menjadi target awal yang ideal untuk menyesuaikan perangkat dan teknologi di dalam kapal yang digunakan dalam pelayaran perdana ini. Para ilmuwan ekspedisi ini berharap peta dan video yang dihasilkan akan membuka jalan bagi para peneliti lain untuk menindaklanjuti temuan awal yang mereka peroleh.

“Ini adalah sebuah gunung berapi yang besar dan lebih tinggi daripada semua gunung di Indonesia kecuali tiga atau empat lainnya, dan menjulang lebih dari sepuluh ribu kaki dari dasar laut di dalam perairan dan terletak di kedalaman lebih dari 18 ribu kaki,” kata Jim Holden, Ketua Ilmuwan AS untuk misi awal ekspedisi bersama ini, dan seorang ahli mikrobiologi dari University of Massachusetts di Amherst, yang turut serta dalam ekspedisi dari Exploration Command Center di Jakarta, Indonesia.

Untuk dibandingkan, Gunung Semeru yang tertinggi di Pulau Jawa memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut. Namun ketinggian ini diukur berdasarkan level permukaan laut, bukan dari dasar lembah dari gunung. Sementara ketinggian gunung bawah laut yang ditemukan di Sangihe ini diukur dari lembahnya. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Geografi | Tag | 1 Komentar

Tsunami

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai “gelombang laut seismik”.
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Geografi | Tag | 2 Komentar

Kronologi Letusan Gunung Merapi

Merapi memasuki fase erupsi sejak Selasa sore, dan meletus 17.02 Waktu Indonesia Barat. Gunung Merapi akhirnya meletus Selasa 26 Oktober 2010 pukul 17.02 Waktu Indonesia Barat.
Belasan orang menjadi korban, termasuk redaktur VIVAnews, Yuniawan Nugroho yang kembali naik ke atas gunung demi membujuk juru kunci Merapi, Mbah Maridjan turun. Editor senior ini memang sudah lama mengenal Mbah Maridjan. Jelang letusan Merapi tahun 2006, Wawan juga bersama Mbah Maridjan di rumahnya.
Seperti diinformasikan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Merapi memasuki fase erupsi sejak Selasa sore.
Berikut kronologis letusan Gunung Merapi yang terjadi Selasa sore hingga menjelang malam.

  1. Pukul 17.02 mulai terjadi awanpanas selama 9 menit
  2. Pukul 17.18 terjadi awanpanas selama 4 menit
  3. Pukul 17.23 terjadi awanpanas selama 5 menit
  4. Pukul 17.30 terjadi awanpanas selama 2 menit
  5. Pukul 17.37 terjadi awanpanas selama 2 menit
  6. Pukul 17.42 terjadi awanpanas besar selama 33 menit
  7. Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari      Pos Pengamatan Merapi di Jrakah dan Selo
  8. Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara     dentuman
  9. Pukul 18.16 terjadi awanpanas selama 5 menit
  10. Pukul 18.21 terjadi awanpanas besar selama 33 menit
  11. Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi
  12. Pukul 18.54 aktivitas awan panas mulai mereda
  13. Luncuran awanpanas mengarah kesektor Barat-Barat Daya dan sektor Selatan-Tenggara

Status Gunung Merapi ditingkatkan dari Normal manjadi Waspada pada tanggal 20 September 2010. Pada 21 Oktober 2010 status Merapi menjadi Siaga, dan kemudian Awas, terhitung sejak 25 Oktober 2010. (Vivanews)

Dipublikasi di Geografi | Tag | Meninggalkan komentar

Gunung Raksasa di Barat Bengkulu

JAKARTA — Keluarga gunung berapi di Indonesia bertambah satu dengan ditemukannya gunung api raksasa (giant volcano) di bawah laut. Gunung api yang terdeteksi secara tak sengaja itu berada di perairan barat Pulau Sumatra, sekitar 330 kilometer ke arah barat dari Kota Bengkulu di Samudra Hindia. Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (PTISDA) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Yusuf S Djajadihardja, memperkirakan, gunung api ini memiliki ketinggian kurang lebih 4.600 meter pada kedalaman 5.900 meter.Puncak gunung api ini berada pada kedalaman 1.280 meter dari permukaan air laut. ”Gunung api ini sangat besar dan tinggi, dengan lebar sekitar 50 kilometer,” kata Yusuf saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (28/5).Tidak mustahil, terang Yusuf, gunung yang berlokasi di Palung Sunda itu merupakan gunung tertinggi yang dimiliki Indonesia. Sebagai perbandingan, pegunungan Jayawijaya di Papua hanya berketinggian sekitar 4.000 meter.Menurut Yusuf, gunung ini memiliki kaldera, yang menandakan gunung tersebut sebagai gunung api. Kendati, dia belum bisa memastikan tingkat keaktifannya. ”Bagaimanapun, gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus,” katanya.Namun, bagaimana data lebih rinci gunung tersebut, Yusuf mengaku belum bisa berkomentar banyak. ”Kami belum dapat memberi keterangan lebih lanjut, karena perlu kajian..

Dipublikasi di Geografi | Tag | Meninggalkan komentar

Islamic Calendar

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

LCC UUD 45

Perlombaan Final 2 Cerdas Cermat Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika Tahun 2010, antara SMAN 1 KOTA JAMBI, SMKN 1 TANJUNG PANDAN dan SMAN 3 UNGGUL TENGGARONG. Yang di menangkan oleh SMAN 3 UNGGUL TENGGARONG dan berhak maju ke babak grand final pada tanggal 18 Agustus 2010

Saksikan tanyangan video stremingnya di BLOGROLL

Dipublikasi di LOMBA | Tag | 1 Komentar

Motif Perburuan Rusa

RUSA SAMBAR

Hasil Penelitian di 5 Kecamatan (Muara Jawa, Samboja, Tenggarong, Tenggarong Seberang dan Sebulu) di Kabupaten Kutai Kartanegara diperoleh hasil sebagai berikut:

  1. Tempat berburu banyak dijumpai di wilayah hutan yaitu 60%, 14% perburuan dilakukan di daerah kebun karet, 13% perburuan dilakukan padang rumput, dan 13% perburuan dilakukan kebun. Dan dari hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan berburu lebih dominan dilakukan pada pukul 21.00 dari sampel 5 kecamatan di kabupaten Kutai Kartanegara. Para pemburu mengetahui bahwa wilayah tersebut ada satwa rusa dapat diketahui dari jejak kaki sebesar 53%, dan  7% untuk identifikasi bekas jejak kaki, kotoran, dan makanan, dan 40% untuk identifikasi rumput sebagai makanan.
  2. Pemburu bisa melakukan perburuan tidak lepas dari proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54% pemburu belajar dari teman-temannya yang bisa berburu juga, 33% pemburu belajar dari orang tua, dan 13% pemburu belajar sendiri.
  3. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti, didapatkan hasil bahwa sebanyak 40% pemburu melakukan perburuan sebanyak 2 kali dalam sebulan, masing-masing 13% untuk 1 kali dan 30 kali perburuan dalam sebulan, masing-masing 7% untuk 15 kali,8 kali, 7 kali, dan 5 kali dalam sebulan, dan 6% untuk 3 kali perburuan dalam sebulan. Dalam berburu alat yang digunakan dominan jaring dan tombak  sebesar 53%  dan dalam berburu 80% dilakukan secara berkelompok. Dalam berburu rata-rata dalam satu bulan mendapatkan 1 ekor rusa. Sedangkan rata-rata berat rusa yang didapat sebesar 70 kg.
  4. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 53% hasil buruan untuk dijual, baik kepada tetangga, masyarakat ataupun kepada pemesan, prosentase 20 % hasil perburuan di konsumsi sendiri oleh para pemburu, dan 27% hasil perburuan di jual dan di konsumsi sendiri oleh pemburu.
  5. Dari hasil survey penelitian, disimpulkan bahwa pengetahuan pemburu terhadap undang-undang terhadap perlindung satwa langka sangat kurang yaitu 87% dan 13% tahu.
  6. Dari hasil penelitian  didapatkan hasil 7% pemburu mengetahui sanksi yang diberikan terhadap perburuan satwa langka berupa hukuman penjara dan denda, sedangkan 93% pemburu tidak mengetahui terhadap sanksi yang diberikan terhadap perburuan satwa langka.
  7. Dari hasil penelitian tersebut diatas, disimpulkan bahwa perburuan yang dilakukan oleh pemburu lebih dominan menempuh  jarak sekitar 20 km untuk mendapatkan hewan buruannya. Ini mengisyaratkan bahwa lokasi perburuan sudah sangat jauh dan kecenderungan sudah melewati batas administrasi wilayah pemburu.

SARAN

  1. Agar kelangkaan terhadap Rusa  Sambar (Cervus unicolor) tidak terjadi, maka diperlukan adanya sosialisasi dan penegakan  Undang-Undang yang telah ada secara maksimal dengan pemberian sanksi dan hukuman bagi yang melanggar agar menimbulkan efek jera dan tidak menggulangi kegiatan tersebut kembali.
  2. Perlu dimasukkannya materi satwa langka yang dilindungi oleh undang-undang, pada mata pelajaran misalnya, pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) , Geografi dan lainnya. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
  3. Adanya sosialisasi tentang satwa langka yang harus dilestarikan dan dilindungi oleh undang-undang melalui media masa, media elektronik, media cetak, dan pamplet. Agar menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan satwa langka tersebut.
  4. Kerjasama antara LSM dan  Pemerintah untuk saling mengontrol agar tidak terjadi pemburuan satwa langka secara terang-terangan maupun tersembunyi oleh oknum atau masyarakat.
  5. Perlu adanya dukungan kelestarian Rusa Sambar (Cervus unicolor) dengan menggunakan IT, yaitu dengan pemanfaatan facebook, friendster, ataupun twitter. Sehingga para remaja ataupun siswa-siswi dapat mengetahui keberadaan rusa dan pelestariannya.
Dipublikasi di KARYA TULIS SISWA | Tag | Meninggalkan komentar

Pendekatan dan Prinsip Geografi

Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:

  1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
  2. pendekatan geografi

Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:

  1. pendekatan keruangan,
  2. pendekatan kelingkungan, dan
  3. pendekatan kompleks wilayah

Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Geografi | Tag , , | Meninggalkan komentar